Simulasi Keadaan Darurat
SERING kita dengar ada kegiatan simulasi keadaan darurat. Biasanya kalau di daerah digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan.
Kegiatan sosialiasi dan simulasi tersebut bukan hanya di kantor-kantor pemerintaha saja melainkan juga di gedung rumah sakit sampai sekolah.
Sebenarnya dasar dari simulasi itu, untuk supaya sigap jika terjadi bencana dan tentu tau cara berlindung, menyelamatkan atau mengatasi bila itu bisa dilakukan.
Beberapa simulai yang sering dilakukan, seperti jika di ruangan melihat api yang berpotensi menjadi besar dan kebakaran maka diusahakan segara lakukan pemadaman kalau ada tabung apar. Nah, bagaimana orang di sana termasuk pegawai, anak sekolah dan guru bisa menggunakannya.
Atau jika terjadi gempa, bagaimana cara berlindung mencari tempat yang aman serta menghindari dari reruntahan gedung. Cara simulasi pun, bukan hanya cara dan bagaimana cara berlindung melainkan juga sampai berlari. Dalam simulasi semua dilakukan secara spontan dan alamiah.
Biasanya yang berada di sana, baik tamu, keluarga pasien, pasien sampai dokter juga tidak tau bahwa ada kegiatan simulai. Si pasien pun memang benar nyatanya dibawa sama perawat dari kamar pasien karena tiba-tiba ada musibah kebakaran yang dimulai sirine bahaya berbunyi.
Bahkan jeritan anak pun dibiarkan bila simulasi di sekolah, tentunya berbagai persiapan mulai teknis sampai pencegahan jika ada sesuatu simulasi telah disiapkan tim.
Setelah kegiatan berakhir, baru tim itu memberikan gambaran, arahan dan cara penanganan. Namun intinya, setiap ada kejadian tak terduga maka dihadapi dengan tenang.
Mengutif keterangan Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina, saat menggelar simulasi.
Eko Kristiawan bahwa skenario simulasi ini adalah terjadi kebakaran akibat kerusakan fasilitas Manifold Barat yang disebabkan oleh bencana gempa bumi saat penerimaan BBM dari kapal dan dilakukan latihan evakuasi masyarakat hingga lokasi berkumpul aman (Assembly Point) serta penempatan posko logistik, posko kesehatan dan pusat informasi.
Simulasi yang dilakukan ini juga untuk mengevaluasi sarana dan fasilitas dalam kondisi darurat seperti alarm darurat, signal Handy Talky (HT), memastikan selang, hydrant, nozzle dan peralatan pemadam lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Dan ternyata kegiatan simulasi itu sekarang dirasa ada manfaat, di mana akibat gempabumi Garut beberapa hari lalu, semua pegawai hingga pekerja operator sudah sangat siap dan peka. Sehingga kerugian akibat itu bisa diminimalisir.***