Finansial

Berkat Bantuan BRI, UMKM Kabupaten Majalengka Raih Sukses Bisnis

kacenews.id-MAJALENGKA-Di tengah gemerlap bisnis modern, terdapat kisah inspiratif dari wilayah selatan Majalengka yang mungkin jarang tersorot media. Ia adalah Kedai Prokus Oorange, sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM yang ada di Desa Paniis, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.

UMKM ini bukan hanya sekadar tempat mencari nafkah, namun sebuah tempat yang memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Didirikan dengan niat tulus untuk meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat, Kedai Prokus Oorange menjadi salah satu bukti nyatanya.

Ida Widyaningsih, pemilik Kedai Prokus Oorange, merupakan sosok yang penuh semangat dan keteguhan hati. Dengan modal seadanya, ia mulai meniti karir bisnisnya dari nol, menghadapi beragam tantangan dan hambatan, namun semua itu dihadapi dengan senyum dan keyakinan bahwa suatu saat nanti, usahanya akan maju dan berkembang.

Namun, perjalanan menuju kesuksesan itu tidaklah mudah. Ida harus melawan arus, berjuang melawan gempuran persaingan bisnis yang semakin keras, di tengah keterbatasan modal yang membuatnya terbatas dalam melakukan ekspansi bisnis.

Namun, keberanian dan kegigihan Ida akhirnya membuahkan hasil ketika dia mendapatkan bantuan peminjaman dana dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Pinjaman inilah menjadi titik balik dalam perjalanan bisnisnya. Ia membuka pintu menuju kesempatan yang lebih besar dan membawa perubahan yang signifikan bagi usaha UMKM yang dirintis sejak tahun 2021.

“Alhamdulillah usaha yang saya bangun mulai dari kecil hingga berkembang ini, berkat dukungan dari semua pihak. Di antaranya dukungan dari mahasiswa Unpad, Pemkab Majalengka dan pinjaman dari Bank BRI,”kata Ida mengawali ceritanya.

Menurut dia, usaha kecil kecilan yang dibangunya ini, menjadi penyemangat bagi masyarakat sekitar. Sebab dirinya mempekerjakan warga desanya yang sebelumnya tidak ada aktivitas, untuk bersama sama membangun harapan dan memiliki masa depan yang lebih baik.

“Kalau produk yang saya buat sendiri itu terdiri dari keripik pisang, sumping kelapa, dan kue semprong. Itu saya olah dan produksi dari nol. Sedangkan produk UMKM lainnya, saya mengambil dari teman-teman, untuk dipasrkan di toko kecil milik saya,”ucap Ida.

Disisi lain, Ida juga membuka pintu bagi UMKM lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Melalui kerjasama dan kolaborasi dengan produsen lokal lainnya, Kedai itu pun menerima produk hasil UMKM dari warga Majalengka lainnya, melalui promosi di toko yang dia miliki.

“Kedai kami juga menjadi pusat pertemuan bagi para pelaku UMKM lainya di Majalengka, untuk saling mendukung dan memperkuat satu sama lain. Untuk bersama sama membangun usaha melalui jalinan kerjasama satu sama lain,” ucapnya.

Dalam pencapaiannya saat ini, Ida terlihat rendah hati dan bersyukur atas segala yang telah ia capai selama ini. Dia tidak pernah melupakan pesan moral dalam perjalanannya, bahwa kesuksesan bukanlah tujuan akhir.

“Terus belajar, sabar dan tabah dalam berusaha, berinovasi dalam produk, mengutamakan pelayanan, jangan lupa berdo’a, itu mungkin resep saya menjalani bisnis ini,” tutup Ida.

Di balik keberhasilan Kedai Prokus Oorange, terdapat sosok mentor UMKM yang berperan penting dalam membantu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM. Di antarnya peran Pemerintah Kabupaten Majalengka.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (DK2UKM) Kabupaten Majalengka, Arief Daryana. Ia menyarankan, agar setiap UMKM itu memiliki legalitas formal untuk menjalankan bisnis sesuai aturan.

Mulai mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB), hingga mendapatkan sertifikasi Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) dan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini penting untuk memastikan produk-produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.

Ditambahkan Arief, untuk masalah perizinan, pihaknya mempunyai dua program inovasi untuk mendekatkan pelayanan secara rutin yakni Lanjut Terus UMKM (layanan jemput bola terhadap pelaku UMKM).

Jenis pelayanan perizinan yang diberikan seperti pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB), P-IRT, Halal termasuk NPWP serta e-KTP. Kemudian terdapat program dari OPD lain yaitu DPMPTSP yang mempunyai keberpihakan terhadap perizinan usaha berupa program Sako Cepat atau Strategi Kolaboratif Pelayanan Perizinan secara Cepat.

“Upaya ini untuk mendekatkan layanan yang bersifat mobile lebih kepada lokus tertentu,”tutupnya.

Selain mentor, ternyata keberhasilan UMKM di Majalengka itu tidak terlepas dari Mantri Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang menjadi perpanjangan tangan bank pelat merah dalam memberikan layanan keuangan serta pendampingan UMKM di berbagai daerah.

Pimpinan BRI Cabang Majalengka Pimpinan BRI Cabang Majalengka, Nurdianto Mawardi S,pihakya telah memiliki Mantri BRI di berbagai daerah di Majalengka. Tugas mantri BRI di antaranya mengenalkan produk-produk BRI kepada masyarakat, seperti pinjaman dan simpanan.

Namun demikian, seiring perkembangan digitalisasi, Mantri BRI saat ini juga harus melakukan pendampingan kluster UMKM di desa.

Saat ini transaksi masing-masing unit usaha dan pembukuan yang semula dilakukan secara manual, saat ini dipermudah dengan digital. Artinya semua unit usaha sudah mempunyai rekening BRI.

“Jadi untuk mempermudah pembukuannya, uang keluar dan masuk, dan juga biaya biaya yang dikeluarkan, dan dana apa yang masuk ke masing-masing unit,” kata dia.

Selain itu, ia mengatakan, salah satu produk yang diakses masyarakat (debitur) adalah produk kredit ultra mikro KECE BRI. Pinjaman KECE merupakan pinjaman yang bersifat tanpa jaminan. Yang terpenting, masyarakat yang mengakses pinjaman ini memiliki usaha dan omzet untuk membayar angsuran.

Nilai pinjaman KECE biasanya yang dicairkan berada di kisaran Rp 500.000 sampai Rp 10 juta, tergantung kebutuhan debitur. Selain itu, produk yang juga biasa diakses adalah KUR. Ia mengatakan, pengajuan KUR yang dilakukan biasanya untuk tambahan modal produksi dan modal pembelian alat.

“Kalau untuk modal kerja misalnya pinjaman KECE itu kan maksimal Rp 10 juta, kalau KUR rata-rata di Rp 50 juta, tapi biasanya kalo untuk investasi pembelian alat atau pengembangan usaha Rp 50 juta ke atas, Rp 60 juta sampai Rp 100 juta, sampai Rp 150 juta, rata-rata,” katanya.

Ia menyarankan kepada para pelaku UMKM dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, itu dapat melalui platform online maupun melalui pemasaran konvensional di pasar lokal. Dan tak lupa di era digital ini agar para pelaku UMKM menjadi anggota Merchant BRI untuk memberikan kemudahan dalam melakukan aktivitas bisnisnya.(Jep)

Related Articles

Back to top button