Kajari Ingatkan Jangan Main-main dengan Anggaran Banjir
Kerugian Ditaksir Miliaran Rupiah, Pemkab Cirebon Bakal Cairkan BTT Rp 25 Miliar
kacenews.id-CIREBON-Bencana banjir yang melanda 36 desa di sembilan kecamatan Kabupaten Cirebon menyebabkan kerugian besar bagi para petani. Pasalnya lahan milik petani tersebut harus terendam banjir dan terancam gagal panen di awal tahun 2024.
Seorang petani Rustandi (49 tahun) warga Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon mengatakan, air yang merendam lahan pertaniannya dimulai sejak Senin (5/3/2024) yang lalu. Di mana saat itu sempat terjadi intesitas curah hujan yang terbilang cukup tinggi dan meluapnya air sungai yang jaraknya tidak jauh dari lahan pertaniannya.
“Banjir merendam lahan saya mulai hari Selasa kemarin, soalnya kan waktu itu kan hujannya deres banget sama meluapnya air dari sungai,” ujarnya.
Ia menjelaskan, lahan padi seluas hampir satu hektare ini baru dua bulan penanaman. “Lahan saya ini hampir satu hektare, mana padi yang di tanam ini usianya baru dua bulan,” kata Rustandi.
Rustandi mengaku saat ini tidak dapat berbuat apa-apa, terlebih lagi modal yang didapatkannya untuk menanam padi diperolehnya dari hasil pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Saya bingung aja kalau udah begini, mana modal buat tanam saya pinjem dari KUR. Jujur bingung banget buat bayarnya gimana,” ungkapnya.
Saat ini upaya yang dilakukannya untuk menutupi kerugian semakin membesar. Ia dibantu keluarganya menguras air di lahan pertaniannya menggunakan alat seadanya untuk mengurangi debit air yang merendam lahan miliknya.
“Mau pake pompa air kan udah enggak punya duitnya dan saya enggak mau ambil resiko,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyat mengatakan dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihaknya terdapat 943,5 hektare lahan pertanian yang terendam banjir. “Dari hasil pendataan yang kami lakukan terdapat 943,5 hektare yang terendam banjir,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan dalam hitungan yang dilakukan oleh pihaknya, biaya tanam untuk lahan seluas satu hektare mencapai Rp 6.872.203.
“Kalau dikalikan Rp 6.872.203 dengan jumlah 943,5 hektare yang terendam banjir, maka estimasi kerugian petani sekitar Rp 6.484.203.750,” ungkapnya.
Ia mengaku saat ini pihaknya sedang melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak kembali menimpa petani di Kabupaten Cirebon. “Selain evaluasi, kami juga sedang berupaya mengambil langkah-langkah kongkrit untuk meminimalisir gagal panen bagi petani,” katanya.
Sementara Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Cirebon, Hadi Suryadiningrat mengatakan rapat koordinasi ini untuk merumuskan dan mempersiapkan penggunaan dana tanggap darurat untuk penanganan banjir dan sosial di wilayah timur termasuk juga rencana ke depannya.
Selain itu, kata Hadi, untuk pihak Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisangarung (BBWS CC) sudah merespon dengan baik. “Dengan adanya SK Tanggap Darurat ini akan segera menjadi bahan regulasi mereka untuk melakukan pekerjaan terhadap kegiatan yang ada di daerah lain untuk disegerakan di Kabupaten Cirebon,” katanya.
Hadi pun menyampaikan, bahwa Dandim 0620 Kabupaten Cirebon meminta agar kegiatan sosial dan dompet kemanusian bisa disalurkan satu pintu yang sudah ditunjuk oleh Pemda. “Saat ini lokasi untuk dompet kemanusiaam belum ada, lokasinya juga belum ditetapkan,” katanya.
“Pak Kajari juga menyampaikan bahwa dalam BTT ini tidak ada yang boleh bermain-main dalam dana bencana, itu bakal disikat habis oleh APH, karena rakyat sedang sengsara jadi dana BTT tidak boleh dipakai yang lainnya, khusus untuk penanganan,” imbuhnya
Sementara Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD), Sri Wijayanti mengatakan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk Tanggap Darurat bencana banjir, pihaknya telah menganggarkan hingga Rp 25 miliar.(Junaedi)