Opini

Jaga Inflasi dan Jangan Panic Buying

Banyak factor menyebabkan harga komoditas kebutuhan pokok masyarkat atau Kepokmas mengalami kenaikan. Bisa disebabkan cuaca ekstrem, pasokan ke pasar tersendat, permintaan tinggi serta menghadapi hari-hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Idulfitri.

Sebenarnya, barang kebutuhan masyarakat itu sering terjadi kenaikan meskipun presentasinya kecil atau akrab disebut insflasi, Namun demikian jika sudah menyangkut beras,daging dan sayuran menjadi heboh.

Mungkin karena bahan itu sering digunakan setiap hari. Keadaan masyarakat yang mulai mengeluh kenaikan harga-harga kebutuhan tersebut membuat pemerintah daerah turun langsung ke lapangan. Tujuan mencegah inflasi dan panic buying.

Untuk menjaga ketersediaan kebutuhan pangan dan menekan laju inflasi, Kantor perwakilan Bank Indonesia (KpW/BI) Cirebon menyelengarakan High Level Meeting (HLM) bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se wilayah Cirebon di kantor perwakilan Bank Indonesia.

Kepala Bank Indonesia Cirebon Anton Pitono mengungkapkan, Bank Indonesia terus mendukung pengendalian inflasi dari sisi penawaran sejalan arahan dari Presiden RI dalam Rakornas Pengendalian inflasi 2022 yang ditindaklanjuti dengan inisasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada 2022.

Dalam kegiatan itu juga terungkap, kendala pasokan beras turut berpenagruh terhadap kenaikan harga beras medium dan premium yang melonjak sejak Januari 2024. Selain, terjadinya kelangkaan pasokan beras di pasaran juga berimbas terhadap pembatasan pembelian beras bagi konsumen.

Karena itu, sebagai tindak lanjut dari pengendalian inflasi beras, percepatan distribusi beras SPHP Bulog ke pasar tradisional dan pasar modern salah satu solusinya. Selain melakukan sidak ke pasar-paras untuk memastikan tidak terjadi penimbunan beras menjelang Ramadhan dan Idul Fitri serta upaya melakukan pemetaan riil kebutuhan alsintan di setiap daerah serta revitalisasi RMU skala kecil menjadi skala menengah untuk meningkatkan kualitas rendemen beras yang diproduksi.

Sementara dalam rangka menekan harga beras saat jelang Ramadan. Bulog Cirebon gencar menyalurkan beras SPHP ke sejumlah pasar dan ritel-ritel yang ada di wilayah III Cirebon. Di ritel-ritel yang sebelumnya kelangkaan beras, kini mulai per 1 Maret 2024 sudah ada beras SPHP yang dari Bulog.

“Pada 1 Maret 2024, kita telah menyalurkan sebanyak 100.755 kilogram beras di tujuh ritel modern cabang Cirebon. Beras SPHP dijual Rp 54.000 per lima kilo,” kata Kepala Bulog Cirebon, Imam Firdaus Jamal.

Bulog Cirebon juga menyalurkan beras SPHP ke sejumlah pasar yang ada di wilayah III Cirebon. Bahkan, jumlah beras yang sudah disalurkan di Pasar, sudah mencapai ribuan ton beras SPHP. Hal itu, untuk menekan harga beras di pasaran.

Sebagai informasi, beras SPHP adalah beras pemerintah atau beras yang digelontorkan Perum Bulog dalam kemasan 5 kg. Beras ini diberi label ‘SPHP’ karena merupakan produk intervensi pemerintah lewat program stabilisasi harga dan pasokan pangan (SPHP). Tujuannya, untuk meredam laju kenaikan harga beras.***

Related Articles

Back to top button