Ayumajakuning

Lestarikan Tradisi, Warga Nanggerang Minta Kerajinan Anyaman Masuk Ekstrakurikuler Sekolah

 

 

kacenews.id-MAJALENGKA-Sejumlah orang tua siswa di Desa Nanggerang, Kecamatan Leuwimunding, memohon agar kerajinan anyaman masuk pada kegiatan ekstrakurikuler atau muatan lokal di sekolah.

Karena saat ini anak muda sudah enggan menjadi perajin anyaman, bahkan belajar menganyampun tidak bersedia. Anak sekolah di saat senggang bukan belajar menganyam melainkan bermain gadget.

Padahal sekarang ini kerajinan anyaman masih dibutuhkan oleh banyak konsumen. Terutama bakul, nyiru, ayakan dan sejumlah barang lainnya.

Menurut salah seorang  perajin  Acih, kerajinan bakul banyak dibutuhkan warung nasi. Karena banyak warung nasi yang kembali mengunakan bakul sebagai wadah nasi di rumah makan walaupun tidak seluruh warung nasi.

“Sekarang penganyam bambu tinggal orang – orang yang sudah lanjut usia, anak muda tidak mau belajar  nganyam. Padahal kalau terus ditekuni masih bisa menghasilkan uang,” katanya.

Nenti perajin lainnya menyebutkan, pemasaran kerajinan bambu sebetulnya tidak seluas zaman dulu. Karena kalah bersaing dengan anyaman sintetis,  selain harga barang plastik yang juga bisa lebih murah.

Dulu ungkapnya, warga di desanya hampir semua menjadi perajin anyaman bambu, ada yang bakul, nyiru, ayakan, tipluk (pipiti) dan sebagainya. Namun kini seiring dengan perkembangan teknologi, perajin semakin berkurang sehingga tinggal tersisa orang tua.

Namun demikian, mereka menolak jika kerajinan bambu harus punah. Sehingga mereka berharap anak sekolah didorong untuk bisa menganyam dan melanjutkan tradisi nenek moyang.

Di Kecamatan Leuwimunding, ada sejumlah desa yang masyarakatnya hidup dari pengrajin anyaman bambu. Selain Nanggerang ada Heuleut, Rajawangi  dan sejumlah desa lainnya.

Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi saat meninjau perajin anyaman bambu di Desa Nanggerang menyampaikan, pihaknya akan mendorong sekolah di Kecamatan Leuwimunding menjadikan menganyam sebagai kegiatan ekstrakurikuler atau muatan lokal di sekolah.

Menurutnya, budaya vokasi perlu dilakukan sejak kecil dari rumah tangga. Bahkan kegiatan ini sebagai upaya industri rumahan yang bisa naik kelas. Sehingga dapat mempersiapkan anak-anak menjadi tenaga ahli ke depan. agar industri yang mereka geluti bisa menjadi UMKM yang lebih baik.

“Tadi ada juga perajin yang katanya mulai sulit memasarkan, itu nanti coba dibantu,” ujarnya.(Tati)

 

 

Related Articles

Back to top button