Ratusan Jiwa Terancam Terkubur
Pergerakan Tanah di Kecamatan Argapura Majalengka Terjadi Setiap Hari
MAJALENGKA- Bencana pergerakan tanah terjadi di Blok Tonggoh, Desa Cikaracak, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka mengancam puluhan rumah warga yang dihuni 140 jiwa, 40 orang di antaranya lansia. Sementara BPBD kebingungan mencari jalur evakuasi karena di sana sini kondisinya tebing terjal.
Pihak geologi menyebut, lokasi tersebut rawan pergerakan karena lokasi bertebing dan jenis tanah terdiri dari batuan lunak yang mudah longsor.
Warga saat ini mulai was–was karena pergerakan tanah demikian cepat dan telah memutus akses jalan penghubung antar blok sepanjang kurang lebih 5 meteran. Pergerakan tanah terjadi setiap hari selebar 5 cm.
Menurut keterangan Raksabumi Desa Cikaracak, Aon, saat ini sudah ada 1 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi karena rumahnya persis berada di bibir tebing yang jaraknya kurang lebih tinggal 1 meteran.
“Kejadian pertama pergerakan tanah awal tahun di bulan Maret yang mengakibatkan jalan terputus. Setelah itu pergerakan tanah berhenti karena musim kemarau. Sekarang terjadi lagi pada minggu kemarin,” ungkap Aon.
Was–wasnya warga karena posisi rumah mereka yang rata–rata sudah permanen ini posisinya berada di tebing. Terlebih saat ini posisinya di bagian belakang pemukiman adalah tebing curam, sedangkan ke bagian kanan dan kiri adalah lembah.
Menurut keterangan Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka Reza Permana, pergerakan tanah terjadi sejak Kamis (30/11/2023) pekan kemarin setelah hujan deras yang terus mengguyur wilayah tersebut.
“Sejak itu pergerakan tanah terus terjadi selebar 5 cm. Bahkan sejak terjadi pergeseran tanah sudah sekitar 5 meteran, posisi tersebut berdasarkan keterangan warga terlihat dari posisi rumpun bambu yang bergeser dari posisi semula sekitar 5 meter,” ungkap Reza.
Jalur evakuasi sulit
Disampaikan Reza, pergerakan tanah saat i ni terus terjadis setiap hari selebar 5 cm, hal ini diketahui berdasarkan pantauan pihak BPBD Kabupaten Majalengka yang memasang alat di lokasi pergerakan tanah.
Hanya menurutnya, pihak BPBD kini kesulitan untuk melakukan penanganan darurat bagi masuarakat yang jumlahnya mencapai 140 jiwa dan 40 orang di antaranya adalah lansia.
“Bingung untuk jalur evakuasi ke mana jalur yang dinilai aman untuk perlintasan evakuasi. Sebab posisi pemukiman berada di puncak bukit, ke belakang tebing curam dan terjal, ke kanan dan kiri pemukiman lembah juga sedikit ciram. Sedangkan ke depan tidak ada jalan karena pergerakan terjadi di sana juga,” papar Reza yang baru melakukan rapat bersama pemerintah desa setempat serta muspika untuk membahas masalah ini.
Lokasi untuk pengungsian sendiri berjarak sekitar 300 meter, ada di lapangan walaupun luasnya juga terbatas. “Yang bingung evakuali lansia jumlahnya banyak 40 orang, jalur jalan evakuasi sulit,” ungapnya.
Pihaknya akan segera mengundang geologi untuk melakukan penelitian kembali karena hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Maret lalu sudah dianggap tidak relevan lagi dengan konsisi pergerakan tanah yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian geologi di bulan Maret menyatakan, pergerakan tanah terjadi akibat kemiringan yang curam, jenis tanah di lokasi terdiri dari batuan lunak yang gampang longsor, lalu sistem drainase yang kurang tertata baik, dan minimnya vegetasi yang berakar kuat.
“Rekomendasi pembuatan drainase tampaknya sulit karena stuktur tanah juga bertebing–tebing, sangat sulit mencari jalur ke mana air bisa dialirkan,” jelas Reza.
Selain faktor kemiringan, menurut reza, di bagian atas pemukiman juga terdapat mata air yang sulit dikendalikan. Dan diperkirakan ada jalur mata air ke bagian bawah pemukiman penduduk sehingga menyebabkan cepatnya pergerakan tanah terjadi.
“Di atas terdapat mata air, dan airnya kemungkinan masuk ke bagian bawah tanah yang sulit dikendalikan, berbeda jika mengalir di permukaan tanah akan lebih mudah dikendalikan,” ungkar Reza.
Pihanya setiap hari terus memantau pergerakan tanah dan mengevaluasi alat yang telah dipasang. “Mudah– mudahan minggu ini geologi sudah bisa kami undang untuk melakukan penelitian kembali,” harappnya.(Tati)