Sehari Bisa Tiga Titik Kebakaran di Lokasi Berbeda, Majalengka Darurat Kebakaran
MAJALENGKA- Musibah kebakaran lahan dan hutan di wilayah Kabupaten Majalengka terus terjadi, pada Kamis (28/9/2023) kemarin terjadi di tiga titik di lokasi berbeda, masing-masing di Kecamatan Maja, Sindangwangi serta Kecamatan Kadipaten.
Medan yang terjal di pegunungan, dengan kondisi tebing yang curam disertai angin kencang cukup menyulitkan pemadaman yang dilakukan para petugas walau dengan jumlah personel yang demikian banyak.
Menurut keterangan Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Kabupaten Majalengka Rezza Permana, musibah kebakaran terjadi dibeberapa tempat, yakni di Blok Sabtu, Desa Heulet, Kecamatan Kadipaten.
Di tempat lainnya kebakaran menimpa lahan dan hutan milik warga serta hutan pinus yang dikelola oleh Perum Perhutani, yakni di Desa Cipicung, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.
Kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 09.45 WIB, berawal dari pembakaran lahan milik warga yang diduga akan membuka lahan untuk pertanian. Namun tampaknya karena cuaca panas dan angin berhembus sangat kencang akhirnya api merembet ke tempat lain hingga tidak terkendali.
Api membakar ilalang yang sebagian mengering di kawasan hutan pinus. Penyebaran api semakin cepat, selain karena pepohonan yang mudah terbakar juga letupan api yang terbawa angin akhirnya membuat titik api baru.
“Personel yang turun cukup banyak, dari BPBD saja ada satu regu 12 personel karena personel lain diturunkan untuk menangani kebakaran di Ujungberung, Kecamatan Sindangwangi. Ditambah kepolisian, TNI dan SatPol PP, tapi medannya curam, terutama cuaca panas dan angin yang lebih mempercepat penyebaran api menyulitkan kami melakukan pemadaman lebih cepat,” ungkap Rezza.
Menurutnya, suhu udara di lokasi pemadaman mencapai lebih dari 36 derajat celsius, tidak ada sumber air serta pepohonan mengering.
Upaya pemadaman lebih dilakukan dengan cara tradisional dengan membuat sekat bakar dan ketika api tidak berkobar tinggi dilakukan dengan cara menutup ujung api.
“Iyah, upaya pemadaman menggunakan metode sekat bakar, tapi kalau ada kesempatan untuk mematikan secara langsung kita juga pakai menutup ujung api,” ungkap Rezza.
Menurutnya, sebetulnya alat semprot tersedia cukup namun saja sumber air di wilayah pegunungan seperti Cipicung sulit untuk memperoleh air. Untuk mendapatkan air butuh berkilo–kilo meneter, menempuh medan yang sulit, menurun dan ketika memabawa air harus mendaki gunung.
Belum diketahui berapa luas lahan dan hutan yang terbakar di tiga lokasi tersebut, karena di Cipicung serta Ujungberung, hingga sore hari pemadaman masih terus dilakukan.
“Kami belum bisa mencatat berapa luas areal hutan yang terbakar, karena kami masih terus melakukan pemadaman. Semua personel fokus mengendalikan api,” sebutnya.
Sementara itu, kebakaran di Desa Heuleut lebih cepat dikendalikan. Menurut keterangan Kapolsek Kadipaten Ajun Komisaris Polisi Nana Suhana, kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, dua jam kemudian api sudah bisa dipadamkan.
“Yang turut melakukan pemadaman cukup banya , dari petugas pemadam kebakaran menurunkan kendaraan pemadam, kami dari kepolisian dan Koramil, serta masyarakat turun melakukan pemadaman dengan cara tradisional,” jelas Nana.(Tati)