Kerap Dilanda Krisis Air Bersih, Warga Pilangsari Butuh Solusi
MAJALENGKA-Warga Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka menjadi salah satu desa yang kerap mengalami kesulitan air bersih. Krisis air ini mereka alami setiap tahun saat memasuki musim kemarau.
Menurut sejumlah warga, untuk memperoleh air bersih mereka harus mengambilnya dari sumur pompa dengan jarak kurang lebih 2 hingga 3 km dari pemukiman mereka, yang berada di Blok Citengah, Desa Jatitengah.
Selain sumur bor dan sumur pompa tidak berair, air PDAM yang sudah tersambung beberapa tahun lalu ke sejumlah rumah warga, sebagian tidak mengeluarkan air. Karena diduga air yang dialirkan melalui gravitasi sulit naik.
Diungkapkan Timan, Juri dan Wawan, air PDAM pada saat siang hari mengalir sangat kecil. Bahkan terkadang tidak mengalir sama sekali. Ditambah lagi kerap dilakukan pengeringan selama dua hari, dengan alasan pembersihan atau pengurasan jaringan.
“Jadi air PDAM ada hanya saat siang hari. Itu pun airnya sangat kecil dan terkadang tidak mengalir,” kata Juri.
Sehingga warga akhirnya banyak yang mengambil air ke sumur pompa yang ada di Blok Citengah, Desa Jatitengah.Air sumur pompa ini lebih banyak dimanfaatkan untuk air minum dan memasak. Apalagi bagi masyarakat yang tidak bersedia mengonsumsi air galon atau air PDAM lebih memilih air sumur pompa yang dianggap lebih bersih.
Timan menyebutkan, warga yang mengambil air ke sumur pompa milik warga Pilangsari namun tempatnya berada di Desa Jatitengah ini mencapai ratusan orang. Warga mulai mengambil air pada pukul 04.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB. Kemudian menjelang sore hari hingga selepas Magrib warga kembali mengantre.
“Siang hari warga jarang mengambil air, karena lebih banyak beraktivitas di kebun atau pekerjaan lain,” ujarnya.
Menurut mereka, kesulitan air seperti sekarang ini biasa dialaminya setiap musim kemarau sejak bertahun-tahun. Terlebih kemarau panjang disertai dampak el nino yang menyebabkan sumur warga mengering.
“Kalau dulu mah dari Pabrik Gula (PG) suka menyalurkan air ke saluran irigasi dengan pipa besar. Lalu dari sana ditarik oleh warga menggunakan pompa untuk dialirkan ke sumur, atau warga mencuci dan mandi di saluran irigasi yang dikirim Pabrik Gula. Sekarang sejak ada PDAM PG berhenti memasok air,” katanya.
Sementara itu, pada awalnya sambungan PDAM ke rumah-rumah bisa mengatasi kesulitan air yang selama ini terjadi. Namun ternyata pasokan air PDAM sering tersendat. Sehingga warga tetap harus memiliki sumber air lainnya.
Warga setempat biasa mengambil air menggunakan jerigen berisi 20 liter hingga 40 liter diangkut dengan sepeda motor ke Citengah. Ada pula yang mengangkut air dengan sepeda, namun hanya mampu satu jerigen.
Meski demikian masyarakat di Desa Pilangsari tidak mengeluh kekurangan air. Mereka menganggap apa yang dialaminya sebagai hal biasa yang terjadi setiap tahun. Namun jika air PDAM mengalir dengan lancar, sangat disambut gembira. Karena mereka tidak perlu lelah dan waktu akan lebih efektif untuk melakukan aktivitas lainnya.(Tati)