CirebonRaya

Desa-desa di Kabupaten Cirebon yang Terdampak Kekeringan Terus Bertambah

CIREBON- Musim kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Cirebon diperkirakan akan berlangsung lama. Bahkan diprediksi lebih kering dibandingkan dengan daerah lainnya di wilayah utara Jawa Barat.

Sub Kordinator Kebencanaan Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Juwanda, menyampaikan, sesuai prakiraan awal BMKG, puncak musim kemarau di Kabupaten Cirebon terjadi pada Agustus-September ini.

Namun, lanjut Juwanda, pada musim kemarau ini lebih kering dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Barat bagian utara.

“Sesuai perkiraan awal, puncak kemarau ini Agustus-September. Tapi di Kabupaten Curebon kemaraunya lebih kering dibandingkan di wilayah utara Jawa Barat,” katanya.

Juwanda mengungkapkan, berdasarkan prakiraan dari BMKG, musim hujan di Kabupaten Cirebon diperkirakan terjadi di akhir Oktober hingga awal November mendatang.

Namun sebelum musim hujan normal, jelas Juwanda, di wilayah Kabupaten Cirebon akan ada hujan ringan sebagai hujan pendahuluan. Kemudian, hujan terjeda beberapa waktu sampai akhirnya sekitar akhir Oktober hingga awal November, baru ada hujan normal.

“Memang hujan normal di Oktober, tapi waktunya di akhir September dan awal Oktober ada hujan ringan sebagai pendahuluan. Nah, setelah itu masih ada jeda, baru di akhir Oktober hingga awal November diprediksi mulai hujan normal,” sebutnya.

Juwanda mengatakan, masih panjangnya musim kemarau tahun ini memungkinkan bertambahnya jumlah desa dari sejumlah kecamatan yang mengalami kekeringan.

Saat ini, terang Juwanda, jumlah desa di Kabupaten Cirebon yang terdampak kekeringan dan membutuhkan bantuan air bersih sudah bertambah tiga desa dari sebelumnya 12 desa.

Begitupun jumlah kecamatannya, kini bertambah satu dari sebelumnya sembilan kecamatan. Sehingga, total desa terdampak kekeringan jumlahnya sebanyak 15 desa di 10 kecamatan.

Dari jumlah tersebut, hingga 10 September BPBD telah mendistribusikan 296.000 liter bantuan air bersih. “Sampai tanggal 10 September kami sudah kirim sebanyak 74 tangki atau 296.000 liter. Satu tangki isinya 4.000 liter, jadi kalau dikalikan 74 totalnya 296.000 liter,” katanya.

Sebelumnya, BMKG memprediksi awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi secara bersamaan. Hingga akhir Agustus 2023, beberapa zona musim sudah memasuki musim hujan yaitu meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah dan sebagian kecil Kepulauan Riau.

Di Bulan September, awal musim hujan diprediksi terjadi di sebagian Sumatera Barat dan Riau bagian selatan. Di Bulan Oktober, Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, sebagian besar Kalimantan Timur

Di bulan November, awal musim hujan diprediksi terjadi Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil NTB, sebagian kecil NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.

Kemudian di bulan Desember di Jawa Timur bagian utara, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT, sebagian besar Sulawesi Tenggara dan Maluku.(Iwan)

 

Related Articles

Back to top button