BI KpW Cirebon Pecahkan Rekor MURI Penyajian Docang Terbanyak
CIREBON- Bank Indonesia (KpW) Cirebon berhasil meraih rekor MURI penyajian 1.708 panganan docang dalam PQN di Grage City Mall (GCM), Minggu (20/8/2023). Dalam kegiatan PQN, Rekor MURI Dunia diserahkan kepada Kepala Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo, didampingi Wakil Wali Kota Cirebon, Hj. Eti Herawati dan Sekda Kota Cirebon, H Agus Mulyadi bersama salah satu anggoa DPR RI.
Kepala Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo menyampaikan, PQN merupakan salah satu event BI Cirebon yang didukung Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon bersama dengan stakeholder lainnya.
“Event ini bagian dari upaya Bank Indonesia dalam menggencarkan penggunaan Qris sebagai alat pembayaran media yang sah dalam sektor ekonomi. Qris juga bertujuan dalam mewujudkan ekosistem keuangan digital,” jelasnya.
“Selain dapat meningkatkan akselerasi keuangan masyarakat di Wilayah Cirebon, juga dapat dalam mengakselerasi program nasional 45 juta pengguna Qris baru dan 1 M transaksi Qris,” lanjut Hestu Wibowo dalam kata sambutannya.
Hestu Wibowo mengungkapkan, untuk menjaga daya beli masyarakat wilayah Cirebon, Bank Indonesia juga akan terus berkontribusi dengan pengadilan inflasi daerah dan stakeholder lainnya melalu kolaborasi yang aktif.
“Sebagai catatan Inflasi, IHK di Kota Cirebon terjadi penurunan bahkan pada 2022 kemarin inflasi Cirebon terendah se-Jawa Barat. Sekalipun demikian, tantangan inflasi pada 2023 ini masih tinggi, khususnya dari bahan makanan,” tuturnya.
Karena itu, terang Hestu Wibowo, Bank Indonesia mengadakan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan sebagai salah satu program unggulan dalam pegendalian inflasi.
“Platform Qris sebagai timechanger sebagai pendukung ekonomi pembangunan Indonesia, utamanya ketika Covid-19 melanda. Qris menjadi salah satu sarana transaksi tanpa tatap muka di berbagai aspek ekonomi dan perdagangan,” ucapnya.
“Secara umum Qris merupakan salah satu inovasi yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam penyelenggaraan penerima pembayaraan dari manapun secara cepat, mudah, murah, aman dan handal,” lanjut dia.
Docang merupakan salah satu sajian kuliner khas Cirebon yang legendaris. Konon, makanan berkuah dengan cita rasa gurih ini telah ada sejak era Wali Songo.
Sementara itu, dikutip dari laman resmi Disbudpar Kota Cirebon, disebutkan jika makanan docang mulai dikenal sejak abad ke-15. Dalam sejarahnya, makanan ini awalnya dibuat sekelompok orang yang tidak menyukai kegiatan dakwah Islam yang dilakukan Wali Songo. Sehingga mereka membuat makanan yang di dalamnya mengandung racun.
Namun, saat dihidangkan kepada Wali Songo yang sedang berkumpul di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, racun yang dicampurkan ke dalam makanan tersebut tidak bereaksi atau tidak berpengaruh. Malah sebaliknya, setelah memakan hidangan itu, para Wali Songo justru menyukainya.
Nama docang sendiri merupakan singkatan dari godogan kacang yang berarti air rebusan kacang yang dihaluskan. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa docang ini berasal dari bahasa Cirebon yang merupakan singkatan dari bodo (baceman) dari oncom dan kacang hijau yang dijadikan tauge.
Seiring berjalannya waktu, docang semakin populer dan dapat kita temukan di sekitar wilayah Cirebon hingga saat ini. Docang sendiri adalah makanan khas Cirebon yang terdiri dari potongan lontong, irisan sayur-sayuran dan parutan kelapa. Semua bahan yang telah tercampur tadi kemudian disiram dengan kuah yang terbuat dari campuran oncom.
Beberapa sayur-sayuran yang terdapat pada docang antara lain daun singkong, duan pepaya dan tauge yang sebelumnya sudah direbus. Tidak ketinggalan, dalam penyajiannya docang selalu dihidangkan dengan remasan kerupuk putih.
Di Cirebon sendiri, docang umumnya dijadikan sebagai menu sarapan pagi. Meski begitu, tidak jarang juga dapat ditemukan para penjual docang yang biasa berjualan siang hingga malam hari.(Epih)