Bertugas Jadi TPHD, Wakil Rektor Unisa Layani Potong Rambut Puluhan Jemaah Haji
KUNINGAN-Memberikan layanan pendidikan untuk mahasiswa merupakan hal biasa bagi Wakil Rektor Unisa Kuningan Iim Suryahim, namun jika memberikan pelayanan dalam mencukur rambut selama menjadi petugas Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) di Mekah itu luar biasa.
Meski awalnya orang pada sungkan untuk meminta tolong dicukur rambut setelah kegiatan hajian usai. Namun setelah ia menawarkan diri untuk membantu memotong rambut atau digundul, akhirnya berbondong-bondong jemaah meminta dicukur. Selain potongan rambut model polka, kalipso, cepak apalagi mencukur rambut model gundul lebih mudah dan cepat. Dalam hitungan menit, sang dosen tersebut mampu melayani puluhan orang jemaah haji asal KJT 3 Kabupaten Kuningan, saat berada di Madinah maupun setelah berada di Mekah.
“Dalam melaksanakan ibadah haji, seluruh manusia itu sama, tidak ada pangkat maupun rakyat dihadapan Allah Swt. Disebut dosen itu saat mengajar di kampus, namun ketika menunaikan ibadah Rukun Islam yang kelima, ibadah haji di tanah suci Mekah, tanpa ada garis pemisah dalam statrus sosial, semuanya sama dihadapan Allah Swt sedang memenuhi panggilan untuk ibadah kepada-Nya,” tutur H Iim, Rabu (9/8/2023).
Ia mengaku, memiliki keahlian mencukur rambut, dari pengalaman saat membantu orang tuanya menggembala domba. Bahkan orang tua selalu memberikan contoh cara-cara memotong bulu domba yang baik dan rapih, agar hewan peliharaan tersebut bulunya tidak gimbal.
“Alhamdulillah, dari pengalaman itulah saya sudah terbiasa untuk memotong rambut sampai dengan sekarang. Namun itu hanya untuk kalangan sendiri atau keluarga. Secara kebetulan saya ditugaskan untuk menjadi TPHD oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan pada musim haji 1444 H/2023 M. Saya ikhlas melaksanakan potong rambut bagi sejumlah jemaah haji asal Kabupaten Kuningan,” katanya.
Sekretaris PCNU Kabupaten Kuningan ini menyampaikan, biaya sekolah dari mulai SD sampai bisa kuliah hingga menjadi dosen berkat penghasilan orang tua dari usaha domba. Karena itu tidak harus malu jadi penggembala domba.
“Bahkan Nabi Muhammad Saw juga sempat menjadi penggembala domba. Apapun yang kita lakukan jika ditekuni dengan baik hasilnya juga akan terasa bermanfaat. Hingga menghidupi keluarga dan membiayai kuliah sampai jadi dosen,”katanya.
Suami dari Nya Ratih Wulandari dan ayah satu anak, Aruni berprinsip, untuk selalu berupaya berbuat baik sebanyak-banyaknya serta menebar kemanfaatan seluas-luasnya.
“Hidup selalu menjalin persahabatan bukan permusuhan. Sebab satu musuh terlalu banyak dan 1.000 kawan terlalu sedikit,”kata pria yang hobi berolahraga ini.(Emsul)