Opini

Membangkitkan Nasionalisme Indonesia

Oleh : Jaka Prastana
Guru SMP Putra Nirmala Cirebon

TANGGAL 20 Mei kemarin diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional atau yang disebut juga dengan Harkitnas.
Hari Kebangkitan Nasional adalah sebuah momentum di mana Bangsa Indonesia pada tahun 1908 mulai membangkitkan semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Hal ini merupakan titik awal bagi Bangsa Indonesia untuk bangkit dan memiliki jiwa nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. 

Saat ini kondisi masyarakat kita sedang terkotak-kotak oleh segmentasi agama dan pilihan politik. Masing-masing kelompok merasa bahwa dirinya yang paling benar dan baik. Akibatnya merendahkan, meremehkan, menghina, dan melecehkan kelompok lain yang berbeda dengan kelompoknya. Kalau kita simak di media sosial selalu saja ada orang atau kelompok yang menghina dan melehkan agama lain dengan cara menafsirkan kitab suci agama lain secara serampangan. Mereka merasa yang paling benar, merasa yang paling diridhoi oleh Tuhan.

Selanjutnya mereka menganggap agama lain sesat dan kelak saat meninggal akan masuk neraka. Bahkan sesama agama pun ada yang seperti itu. Agama sama, tetapi beda paham atau aliran dianggap sesat. Saat ini pun sudah mulai terasa adanya pengkotak-kotakan atau segmentasi pilihan politik. Seperti kita ketahui bahwa sekarang sudah memasuki tahun politik. Tahun depan akan ada pemilihan presiden.

Beberapa tokoh digadang-gadang maju dalam kompetisi pilpres ini. Masing-masing punya pendukung fanatik, baik dari partai politik maupun relawan. Para pendukung mulai mempromosikan calonnya masing-masing.
Mereka memuji bahwa calonnya yang paling baik, hebat, nasionalis, dan paling layak memimpin negeri ini. Tatkala mempromosikan calonnya itu tidak jarang mereka menghina dan merendahkan calon lain. Kalau tidak disikapi dengan bijak maka hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan kehancuran bagi Bangsa Indonesia.

Sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, pada momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini mari kita bangkitkan nasionalisme kita dengan menjaga tegaknya Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Jangan sampai terjadi NKRI dikoyak-koyak oleh mereka yang ingin menghancurkan keutuhan bangsa kita tercinta ini.
Kita memegang teguh prinsip NKRI harga mati.

Oleh karena itu pada pilpres nanti saatnya kita mendukung dan memilih calon presiden yang memiliki jiwa nasionalisme dan mampu menjaga keutuhan NKRI dari rongrongan kelompok-kelompok yang akan menghancurkan NKRI.
Kita cermati rekam jejak para calon presiden. Kita tidak boleh salah pilih. Ada berbagai syarat atau kriteria capres yang layak kita pilih sebagai pemimpin kita yaitu berciri seperti nabi, gembala, dan pelayan.
Pertama, berciri seperti nabi. Pada umumnya kehadiran seorang pemimpin yang berwibawa akan berpengaruh terhadap lingkungan di mana dia hadir. Pengaruh itu bisa berupa perubahan, pembaruan, perbaikan, dan peneguhan. Yang diharapkan dari seorang pemimpin adalah sesuatu yang baru.

Pembaruan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Pemimpin yang berciri kenabian, setiap langkah dan tindakannya menyelamatkan. Dia sendiri selamat dan berharap orang lain yang dipimpinnya juga selamat. Bukan hanya mencari keselamatan untuk diri sendiri dan kelompoknya. Kedua, berciri seperti gembala. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang bertanggung jawab akan menghayati diri sebagai gembala dan penjaga. Mari kita lihat secara faktual tentang gembala dan penjaga.

Seorang gembala (itik, kerbau, kambing, domba, dll) dapat berfungsi sebagai panutan, entah saat berada di depan, di tengah-tengah, atau di belakang yang digembalakan. Ia dihormati dan ditaati karena juga berfungsi sebagai petunjuk jalan, penuntun, dan pengawas. Namun, yang terutama adalah mempertaruhkan diri bagi yang digembalakan demi keselamatan mereka.

Ia juga berfungsi sebagai penjaga (ingat : satpam, petugas jaga malam, jaga rumah, jaga anak, dll) yang berusaha melindungi yang dijaga dari ancaman bahaya. Ia sungguh bertanggung jawab atas apa yang dijaganya.
Ketiga, berciri seperti pelayan. Berbicara tentang pelayanan, marilah sejenak mencermati apa yang dihayati oleh para pelayan atau asisten rumah tangga pada umumnya. Ciri khas mereka antara lain kesejahteraan pas-pasan bahkan kurang. Bekerja tidak kenal waktu dan tidak ada uang lembur. Harus melayani dan membahagiakan seluruh anggota keluarga.

Bekerja paling awal dan selesai paling akhir. Peka terhadap sikap dan perilaku serta kebutuhan masing-masing anggota keluarga agar dapat dilayani dengan baik. Selalu siap siaga setiap kali dibutuhkan. Tidak pernah marah kepada yang dilayani. Jika seseorang kurang atau tidak memiliki ciri-ciri tersebut di atas ada kemungkinan ia akan segera diberhentikan atau terkena PHK karena dinyatakan tidak layak menjadi pelayan. Pelayan diharapkan “menyerahkan nyawanya” bagi mereka yang dilayani.

Sebagai warga negara yang cinta NKRI, marilah momentum Hari Kebangkitan Nasional ini kita jadikan sebagai sarana membangkitkan nasionalisme. Caranya adalah pertama toleransi terhadap mereka yang berbeda agama atau aliran.
Kedua, toleransi terhadap yang berbeda pandangan atau pilihan politik. Ketiga, saat pilpres nanti memilih calon presiden yang berciri seperti nabi, gembala, dan pelayan. Lebih-lebih capres yang cinta dan mampu menjaga keutuhan NKRI.***

Back to top button