Soal Jual Beli Nomor Urut Caleg PKB Kabupaten Cirebon Saling Bantah
CIREBON- Kader PKB yang juga incumbent anggota legislatif, Emha Syahirul Alam, menyerang balik pernyataan Mohamad Luthfi yang menganggap PKB Kabupaten Cirebon baik-baik saja dan tidak ada jual beli nomor urut bakal calon legislatif (bacaleg).
Alam menjelaskan, sebagai kader PKB ia wajib menyampaikan kebenaran kondisi di internal partainya. Sebab, jika dirinya diam, maka zalim. Hal itu kaitan dengan pemberitaan di media massa tentang “berseliweran uang” atau dugaan jual beli nomor urut bacaleg.
“Jadi kaitan uang berseliweran yang diungkapkan Mohamad Luthfi kepada saya dan H Tanung adalah benar. Saya menyaksikan dan mendengar secara langsung Luthfi menyatakan banyaknya uang berseliweran dalam pencalegan dan itu disampaikan ke kita di dalam ruang kerja ketua DPRD,” beber Alam, Kamis (25/5/2023).
Sebenarnya, lanjut dia, secara pribadi setelah H Tanung statement di media, ia berharap pihak DPC PKB Kabupaten Cirebon mengundang pihak terkait untuk diklarifikasi secara internal. Apakah benar ungkapan Luthfi dan apakah benar terjadi demikian.
Karena seharusnya, ungkap dia, dialog terkait hal itu tidak di media dan menjadi konsumsi publik. “Karena nama saya berkali-kali disebut, saya tegaskan sekali lagi memang benar Luthfi mengatakan demikian. Setelah berita berseliweran uang diungkap oleh H Tanung, saya ditelepon orang yang mengaku dari DPP, menanyakan perihal tersebut,” katanya.
Saran dan perintah dari orang DPP PKB itu, jelas dia, meminta agar dirinya turut serta memediasi persoalan tersebut. Ia pun mengembalikan lagi persoalan ini kepada DPC agar tidak berlarut-larut dan kontra produktif terhadap skema pemenangan PKB di pemilu nanti.
“Di mahkamah tertinggi partai pun saya siap untuk menyampaikan kebenaran,” kata pria yang merupakan putra dari salah seorang deklarator PKB, KH Muntakhobul Fuad ini.
Menurutnya, terkait dengan penomoran, wajib ada alasan yang kuat atas posisi struktur, incumbent dan pendatang baru. Jika Luthfi mengatakan cek ombak, maka kata dia, pernyataan yang bersangkutan tidak elok dan kurang strategis.
Menurut Alam, akan lebih banyak risiko dan mudorot politiknya bagi PKB dibanding manfaat yang mungkin diperoleh. “Ketika Luthfi menyampaikan tentang nomor urut caleg PKB Kabupaten Cirebon, Luthfi sebagai apa di DPC? Tidak ada kewenangan sama sekali yang dimiliki oleh Luthfi di DPC. Ini seperti mempertontonkan bahwa soal strategi dan nomor urut ada di tangan Luthfi sebagai dalang. Sementara Luthfi bukan struktur apa pun di DPC. Jadi jaga mulutnya jangan asal jeplak!” tegas Alam.
Ia mengaku kecewa dan dilecehkan terkait penomoran bacaleg oleh DPC. Selain dirinya dan beberapa incumbent yang telah ditempatkan di nomor sepatu atau nomor besar, juga banyak kader kawakan dan keturunan pejuang PKB lainnya.
“Dua anak deklarator PKB, Gus Sam’un Nasiruddin putra dari almarhum Romo KH Nasiruddin Shiddiq atau Mbah Kuwu Nasir Ponpes An-Nasher Kaliwadas juga mendapat nomor urut sepatu,” ungkapnya.
Alam juga menjelaskan, semua orang tahu sepak terjang ayahnya yakni KH Muntakhobul Fuad, paska reformasi 1998, beliau turut mendorong PBNU mendirikan partai politik bersama para ulama dan habaib se-Cirebon raya.
Namun, kata dia, balasan DPC PKB Kabupaten Cirebon terhadap dirinya yang juga incumbent menempatkannya di nomor sepatu. Hal itu, bukan hanya pelecehan bagi dirinya, tetapi menyangkut marwah partai dan keluarga besarnya juga.
“Enggak papa, mungkin kepengurusan PKB dan Luthfi telah menjegal saya untuk menempati nomor urut yang layak. Tapi kecintaan dan hormat saya terhadap PKB sebagai parpol warisan ulama tidak akan luntur sedikit pun. Pengurus bisa berganti, tapi PKB tetap di hati,” aku Alam.(Ismail)