Nasional

Napak Tilas Perjalanan Spiritual Banthe dari Thailand, Bukti Cirebon Kota Toleran

CIREBON- Kisah para biksu atau banthe yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur di Magelang, Indonesia, menyedot perhatian masyarakat.

Kisah banthe yang berjalan ribuan kilometer ini diungkap oleh Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali, Prabu Diaz, yang turut mengawal perjalanan dari Thailand hingga kini singgah di Cirebon.

Menurutnya, ia turut mempelajari perjalanan spiritual atau disebut thudong, bersama dengan biksu asal Cirebon, Banthe Wawan, yang turut ikut dalam thudong menuju Candi Borobudur.

“Saya merintis thudong ini dari tahun 2019 ke Kathmandu, dan Banthe Wawan ke India, kita bersama-sama mempelajari apa sih thudong itu,” katanya saat ditemui di Vihara Dharma Sukha di Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, tempat singgah para Banthe di Cirebon.

Kemudian, menurutnya, pihaknya sempat akan melaksanakan thudong di tahun 2020 namun Covid-19 melanda. Hingga mereka mulai merencanakan thudong kembali pada tahun 2022.

“Tepatnya di November 2022 kita mulai semangat lagi melaksanakan thudong, kemudian Januari 2023 mulai mengurus dokumen, dan kita mulai perjalanan ke Thailand pada Maret 2023. Kemudian pada Maret 2023 kita memulai thudong dengan start dari Thailand Selatan. Sejak itu berangkat berjalan ke perbatasan Malaysia selama 10 hari, di Malaysia 29 hari, di Singapura 10 hari, dan mulai masuk Indonesia pada 8 Mei melalui Batam, tanggal 9 Mei tiba di Jakarta, tanggal 11 Mei diterima dan dilepas oleh Dirjen Binmas Kemenag RI,” tuturnya.

Prabu Diaz menyebut jika perjalanan spiritual para biksu atau banthe dari Thailand menuju Candi Borobudur, menunjukkan jika slogan Bhineka Tunggal Ika di Indonesia bukan slogan semata.

“Saya ingin tunjukkan ke dunia bahwa Indonesia adalah negara toleran, bahwa masyarakat yang penuh Bhineka Tunggal Ika. Dan itu bukan slogan semata,” ujarnya.

Bahkan, menurutnya, yang mengawal para biksu sejak awal adalah para Muslim, termasuk anggota Laskar Agung Macan Ali yang mengawal dengan menyambung di tiap daerah yang dilewati biksu.

Para biksu ini direncanakan akan tiba di Candi Borobudur pada tanggal 1 atau 2 Juni. “Mereka akan memperingati Waisak pada 4 Juni. Kemudian 7 Juni mereka akan kembali ke negara masing-masing,” katanya.

Usai beristirahat lima hari di kediaman Welly Widadi yang merupakan Ketua Thudong Internasional, para biksu akan mulai perjalanan kembali ke Candi Borobudur dengan dimulai dari titik nol di Kota Cirebon yang terletak depan Kantor Pos.

“Berangkat dari titik nol kilometer Kebumen, menuju Losari, Tegal, di Pekalongan biksu akan menginap di rumah Habib Luthfi bin Yahya, kemudian melalui Kendal, Semarang, Ambarawa, hingga Magelang,” ujarnya.

Di kediaman Welly Widadi, turut hadir menyambut Wakil Wali Kota Cirebon, Hj. Eti Herawati, juga Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Fitria Pamungkaswati. “Selamat datang para banthe (biksu), tentu saya sangat terharu karena para biksu ini telah melakukan perjalanan panjang,” ungkapnya.

Ia menambahkan, dengan datangnya para biksu serta singgah di Kota Cirebon, menunjukkan kota ini sangat toleran. “Saya sendiri ingin menunjukkan inilah wajah Cirebon yang penuh toleransi, inilah negeri kita dengan keanekaragaman. Semua kalangan hadir menyambut, termasuk warga Muslim, ini kebanggaan bagi kita semua,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Thudong Internasional, Welly Widadi mengatakan, saat para biksu datang ada prosesi cuci kaki yang menunjukkan tanda bakti kepada orang tua atau para biksu tersebut. “Para biksu akan tinggal hingga lima hari di Cirebon, kemudiah menuju Borobudur,” ungkapnya.(Fanny/Jaka)

 

Related Articles

Back to top button