Perang Sarung Pecah 4 Kali, Tawuran Dilakukan Jelang Sahur, Para Pelaku Remaja Tanggung
MAJALENGKA- Fenomena perang sarung mulai banyak terjadi di Kabupaten Majalengka, setidaknya selama bulan Ramadan tahun ini sudah ada empat kejadian. Kejadian aksi perang sarung berlangsung di beberapa wilayah kecamatan, dan kepolisian telah mengamankan 50 orang remaja yang terlibat.
Menurut Keterangan Kapolres Majalengka, Ajun Komisaris Besar Polisi Edwin Affandi, empat kejadian perang sarung selama Ramadan terjadi di Kecamatan Majalengka, Kecamatan Cigasong, Ligung dan Cikijing. Para pelakunya hampir keseluruhan adalah remaja, bahkan remaja tanggung.
Perang sarung ini dilakukan malam hari dan dini hari menjelang sahur. Namun beruntung berkat informasi yang cepat akhirnya tawuran atau perang sarung bisa segera dicegah dan tidak menimbulkan korban dari kedua belah pihak.
“Para pelajar yang melakukan aksi perang sarung tidak ada yang ditahan, mereka dibawa ke Polsek setempat dilakukan pembinaan. Orang tuanya dipanggil untuk menjemput dan disarankan agar melakukan penjagaan terhadap anak-anaknya,” ungkap Kapolres.
Diketahui, perang sarung ini hampir sama dengan tawuran, hanya bedanya menggunakan sarung yang dililit di dalamnya berisi batu, sandal dan benda lainnya. Di Majalengka sendiri tidak sampai menggunakan senjata tajam di bagian sarung yang dililitnya. Sarung tersebut kemudian dipergunakan untuk menghantam lawan saat aksi tawuran terjadi.
Melihat fenomena tersebut, Bupati Majalengka Karna Sobahi mengumpulkan sejumlah kepala sekolah untuk menangani aksi perang sarung agar jangan sampai meluas dan terus terjadi di wilayah lain. Kepada kepala sekolah, bupati menyarankan agar melakukan pendekatan eksternal melalui pendekatan kepada orang tua agar saling mengawasi anaknya ketika berada di rumah.
Selain itu, melakukan pendekatan secara internal yang dilakukan oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru untuk memformulasikan kurikulum agar siswa sibuk di sekolah dan tidak ada ruang untuk berkegiatan di luar.
“Itu merupakan ikhtiar kita untuk meminimalisasi tawuran antar pelajar ini. Jiwa sekolah itu cerminan jiwa kepala sekolah itu sendiri. Oleh karena itu segera lakukan pendekatan secara internal yang dilakukan semua guru,” ungkap Bupati Karna.
Menurutnya, membangun pra kondisi pembelajaran yang nyaman, lakukan pendekatan antar pribadi agar pendidik mengetahui kondisi anak sebelum melakukan pembelajaran dan itu juga bentuk kedekatan guru dengan peserta didiknya sehingga bisa terselenggara pendidikan yang baik.
Bupati meminta agar setiap sekolah memiliki tata tertib untuk dipatuhi oleh para siswa. Jika tata tertib sudah ada, maka Dinas Pendidikan dan kepala sekolah harus memastikan aturan itu dipatuhi semua anak didik.
“Harus ada tata tertib dan wajib dipatuhi siswa. Kedua ada kontrol dari sekolah dan pihak Disdik sudah menginfokan pembinaan kepada guru kelas,” ungkapnya.
Manakala ada pelajar yang terlibat aksi geng motor atau tawuran, menurut Bupati Karna, pihak sekolah wajib memberi sanksi sesuai dengan aturan yang ada. Selain itu, dia meminta ada keterlibatan sekolah dalam mensosialisasi kenakalan remaja kepada orang tua siswa.
“Optimalisasi peran pengawas di sekolah juga sangat penting, terutama guru BK dalam memberikan pembinaan rutin kepada murid-murid di setiap sekolah masing-masing,” lanjut dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka Lilis Yuliasih, menyebutkan, hingga saat ini tatanan pendidikan di wilayahnya masih wajar. Beberapa kejadian tawuran seperti di wilayah Sumberjaya, Palasah dan Kadipaten yang terjadi beberapa pekan kemarin dipandang perlu adanya penanganan khusus dari pihak sekolah.(Tati)