Opini

Kebaikan dan Nilai Urgensinya

Oleh : Dedy Sutrisno Ahmad Sholeh
Alumni prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung

“DAN sesungguhnya dalam Alquran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (Alquran surat Al Israa’ ayat 41).
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah Swt. maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw. : “Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi).
Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti salat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan salat jumat sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya.
Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak.
Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda.
Dalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar, bisa dilihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam.
Sebaliknya orang yang suka salat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Seperti sudah sama-sama kita fahami bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Sehingga untuk menjadi orang yang takwa, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, salah satunya ditunjukkan dengan berperilaku baik.
Dalam suatu hadits qudsi, Allah Swt. berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa.
Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari).
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan.
Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah atau kelebihan dari suatu amalan atau ibadah.
Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali.
Prof.Dr. Muhammad Syaltut, ulama Mesir, dalam tafsirnya membagi kebaikan dalam tiga bagian.

Pertama, kebaikan dalam Akidah.

Dimana Akidah merupakan ikatan antara manusia dengan Allah Swt. membuat manusia tidak akan menyimpang dari ketentuan-Nya, bagaimanapun situasi dan kondisinya. Kebaikan dalam Akidah ditunjukkan dengan kepercayaan yang termaktub dalam rukun Iman.

Kedua, Kebaikan dalam Amal.

Dalam hal ini merupakan manifestasi dari kebaikan dalam Akidah, sehingga keduanya menjadi satu kesatuan seperti dua sisi mata uang.
Dengan istilah lain, iman harus dibuktikan dengan amal dan amal harus didasari pada iman.

Ketiga, kebaikan dalam Akhlak.

Kebaikan di sini berkaitan dengan akhlak yang mulia, karena Akhlaqul Karimah merupakan harga diri seorang muslim dan ukuran bagi kualitas akidahnya.
Jadi, mulailah perbuatan baik lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
Semoga kita bisa menjadi pribadi berperilaku baik yang mengamalkan pokok-pokok ajaran Islam, sehingga dapat termasuk orang yang memiliki iman yang benar dan ketakwaan yang sejati. Wallahu a’lam bishshawab.***

Related Articles

Back to top button