Semakin Mengasihi dan Peduli Alam Ciptaan Tuhan
Oleh : Jaka Prastana
Guru SMP Putra Nirmala Cirebon
SEJAK Rabu, 22 Februari 2023 umat Katolik memasuki masa Prapaskah. Masa ini identik dengan masa puasa dan pantang yang merupakan persiapan menyambut Hari Raya Paskah.
Masa Prapaskah berlangsung selama 40 hari. Tiga hal penting yang dilakukan pada masa ini yaitu puasa dan pantang (matiraga), doa, dan derma.
Pertama, Puasa dan pantang. Puasa diwajibkan bagi umat Katolik yang berusia 18 sampai 60 tahun. Puasa berarti dalam 24 jam atau satu hari satu malam yang biasanya makan tiga kali sampai kenyang, ini hanya makan kenyang satu kali.
Sedangkan pantang dilakukan oleh mereka yang sudah berusia di atas 14 tahun. Pantang bisa dipilih sendiri sesuai kemampuan, misalnya pantang daging, ikan, garam, jajan, kopi atau rokok. Sebaiknya hal yang dipantang adalah sesuatu yang paling disukai.
Kedua, doa. Selama masa Prapaskah umat Katolik mendaraskan doa-doa secara pribadi, bersama keluarga, bersama komunitas lingkungan maupun gereja.
Berbagai macam doa bisa dilakukan secara pribadi maupun bersama keluarga. Sedangkan yang bersama komunitas, gereja telah menetapkan tema yang menjadi bahan refleksi bersama. Tema Prapaskah tahun 2023 adalah “Keadilan Ekologis Bagi Seluruh Ciptaan (Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli).”
Melalui tema ini umat Katolik dipanggil dan diutus untuk menjadi saksi, pewarta dan pelaku keadilan dalam hidup sosial dengan memegang prinsip Ajaran Sosial Gereja, menghormati martabat manusia, membangun kesejahteraan bersama dalam kebaikan (bonum communae), memiliki sikap solidaritas dan subsidiaritas, terutama keberpihakan kepada mereka yang miskin dan rentan mendapatkan perlakuan tidak adil.
Kita tidak harus melakukan tindakan yang besar, tetapi sekalipun hanya dengan tindakan sederhana dan kecil, yang penting membawa dampak perbaikan dan perubahan. Perubahan harus dilakukan tahap demi tahap dan konsisten serta dipelihara dalam semangat yang tak pernah padam.
Sikap yang harus terus dibangun adalah kasih dan kepedulian. Orang yang memiliki kasih tentu memiliki kemampuan untuk menghormati yang lain, menjalin relasi dalam kebaikan, dan memelihara kehidupan menurut kehendak Tuhan.
Sikap tanggap dan peduli adalah nilai yang harus dipupuk dan dibangun terus menerus. Sikap ini mengiringi semangat kasih untuk mewujudkan keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan
Refleksi masa Prapaskah ini dibagi dalam 4 subtema yang harus direfleksikan dan dilakukan aksi nyata di lingkungan-lingkungan, kelompok kategorial, dan komunitas-komunitas lainnya.
Subtema pertama “Panggilan Ekologis Kita : Peduli pada Seluruh Ciptaan, Bukan Wacana Tapi Gerakan.” Melalui subtema ini kita diajak untuk memiliki kesadaran akan kepedulian kita terhadap sesama dan alam ciptaan.
Kesadaran ini tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi memunculkan suatu gerakan yang nyata.
Subtema ke dua “Tantangan Membangun Keharmonisan Lingkungan Hidup.” Melalui subtema ini kita diajak untuk menyadari apa saja yang menjadi tantangan dalam mewujudkan keharmonisan lingkungan hidup sekarang ini.
Dengan menyadari tantangan tersebut, kita berharap mengalami perubahan sikap dan terdorong untuk melakukan upaya-upaya yang tepat dalam mengatasi apa yang menjadi keprihatinan kita bersama. Subtema ke tiga “Panggilan Mewartakan Kebaikan bagi Seluruh Ciptaan.”
Melalui subtema ini kita diingatkan mengenai tugas perutusan kita sebagai murid-murid Yesus. Kita dipanggil untuk menghadirkan kebaikan kepada manusia, makhluk hidup lainnya, dan alam ciptaan lain. Hal ini bertujuan agar setiap manusia mencapai hidup yang sejahtera dan alam ciptaan terjaga kelestariannya.
Subtema ke empat “Aku Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli.” Pada subtema ini kita diajak untuk mewujudkan kesadaran itu dalam upaya-upaya nyata yang dapat dilakukan, baik secara pribadi maupun gerakan bersama.
Beberapa Gerakan bisa dilakukan misalnya bagi sembako, gerakan peduli pendidikan, memilah sampah, meminimalisir penggunaan kemasan plastik, menghindari pemborosan, kebersihan lingkungan, menanam, hemat air dan listrik, dan sebagainya.
Ketiga, derma.
Selama masa Prapaska umat Katolik menyisihkan uang yang biasanya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, baik itu untuk makan keluarga, jajan, beli rokok, dan sebagainya. Di akhir masa Prapaskah, uang ini dikumpulkan di gereja. Setelah uang terkumpul bisa digunakan untuk peningkatan ekonomi umat Katolik maupun masyarakat umum. Juga untuk kegiatan pengembangan iman umat Katolik.***