CirebonRaya

Gelar Rakorwil, JPPPM Jabar Targetkan 15 Cabang Terbentuk

CIREBON – Ratusan perempuan pengasuh pesantren dan mubaligah, yang tergabung dalam Jam’iyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah (JPPPM) Provinsi Jawa Barat (Jabar), berkumpul di Pondok Pesantren Kiai Haji Aqiel Siroj (KHAS) Kempek Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon, Senin (6/3/2023).

Selama seharian penuh, mereka menggelar Rakorwil, Triwulan dan Daurah. Targetnya, 15 cabang JPPPM di masing-masing kota/kabupaten se-Jabar bisa terbentuk. Karena, sejauh ini yang sudah terbentuk baru 12 cabang.

“Triwulan berikutnya akan dilaksanakan di Sukabumi,” kata Ketua JPPPM Jabar, Nyai Hj. Shobihah Maimoen dalam sambutan kegiatan tersebut.

Ia menjelaskan, JPPPM berdiri pada 8 Maret 2015. Yang tujuan didirikannya yakni, mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian, mewujudkan perempuan pengasuh pesantren dan muballighoh yang berkualitas dengan kompetensi keagamaan yang unggul.

“Selanjutnya, mewujudkan kesatuan pemahaman atau ittihadul afham dalam pengamalan ajaran Islam Aswaja An Nahdliyah di masyarakat. Dan terlaksananya ajaran Aswaja di tengah-tengah masyarakat,” kata Nyai Shobihah.

Putri KH Maimoen Zubair ini juga menjelaskan, keanggotaan yang ada di JPPPM sendiri, yakni para perempuan pengasuh pesantren, da’iyah atau mubaligah, hafidzhah aktivis masyarakat, keluarga atau dzurriyah pesantren serta pimpinan majelis ta’lim.

Ketua Pelaksana Rakorwil, Triwulan dan Daurah JPPPM Jabar, Ning Najhah Barnamij menjelaskan, kegiatan rutin tiga bulan sekali yang kali ini dilakukan JPPPM Jabar di Ponpes KHAS Kempek tersebut, telah dihadiri ratusan orang.

“Acara dihadiri  sekitar 700 pengasuh pesantren dan muballigah se-Jawa Barat. Dengan kepanitian oleh Nawaning JPPPM Kabupaten Cirebon. Dan dibantu relawan anak-anak santri PP KHAS Kempek,” kata Najhah.

Dalam kesempatan kegiatan, Pengasuh Ponpes KHAS Kempek, KH Musthofa Aqiel meminta agar JPPPM Jabar membuat buku. Yang pertama yakni buku yang berisikan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan aqidah, syari’a dan hadist.

“Kedua, membuat buku sejarah yang mengulas tentang proses berdirinya pesantren puteri di Indonesia. Ketiga, lembaga bahasa yang dijadikan sebagai tempat kursus untuk para Ibu Nyai dan Ning belajar berbagai macam bahasa agar syiar Islam bisa mendunia,” kata Kiai Musthofa.(Ismail)

Related Articles

Back to top button