Kearifan Lokal Atasi Musim Paceklik, Menyimpan Gabah di Lumbung Desa
MAJALENGKA- Lumbung padi di tiap desa harus ditumbuhkan kembali seperti masyarakat pedesaan tempo dulu guna mengantisipasi kesulitan beras di musim paceklik. Ketersediaan pangan di lumbung merupakan kearifan lokal sekaligus akan mampu menekan harga beras di pasaran.
Menurut keterangan anggota Komisi IV DPR RI H Sutrisno, kebiasaan masyarakat tradisional tempo dulu yang menyimpan gabah di lumbung desa patut ditiru. Setiap usai panen, para petani menyimpan sebagian gabahnya di lumbung dan gabah bisa diambil sewaktu-waktu di kala butuh, atau kehabisan cadangan beras di rumah.
Bagi petani lain yang tidak mampu menyimpan atau saat kekurangan bisa meminjam gabah dari lumbung yang akan diganti pada saat usai panen. Bagi yang meminjam gabah, kelak saat membayar bisa memberikan tambahan sesuai kesepakatan di antara masyarakat. Kelebihan dari pembayaran bisa dipinjamkan kembali kepada petani lain atau orang yang membutuhkan.
“Hal-hal yang bersifat tradisional tidak selamanya jelak, namun pembentukan dan pemanfaatan lumbung pangan masih patut ditiru,” ungkap Sutrisno.
Di sisi lain, Sutrisno mengatakan, masyarakat di pedesaan sebetulnya tidak perlu ada kekhawatiran terjadi kekurangan pangan manakala pengelolaannya baik. Karena yang memliki lahan pertanian adalah masyarakat desa, petani juga adanya di desa. Sistem resi gudang juga bisa dilakukan oleh pemerintah di daerah.
“Pangan banyak di desa, petani juga di desa,” katanya.
Menurutnya, saol kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini akibat hukum ekonomi, di masa paceklik cadangan beras berkurang sementara kebutuhan tinggi. Makanya itu akan memicu terjadinya kenaikan harga.
“Ketika paceklik cadangan beras berkurang malah cenderung tidak ada, sementara kebutuhan tetap tinggi. Ketika kemarau kan jarang petani yang menanam padi, karena ketersediaan air yang kurang, makanya tidak bisa dihindari harga akan naik. Namun manakala lumbung pangan di desa diaktifkan, kenaikan harga beras tidak akan terlalu tinggi karena beras ada di desa,” ungkap Sutrisno.
Namun demikian, sekarang tidak perlu khawatir karena kini sudah banyak yang mulai panen bahkan beberapa pekan ke depan mulai panen raya, sehingga harga akan segera turun .
“Lagi pula di Kabupaten Majalengka ini ada beberapa wilayah yang sawahnya bisa tiga kali tanam, jadi kekurangan pangan tidak akan sampai terjadi,“ sebutnya.
Malah menurutnya, impor beras pun tidak perlu terjadi jika komunikasi antara Kementerian Pertanian dan para kepala daerah dilakukan dengan baik. Lakukan inventarisasi areal sawah dengan akurat, berapa produksi yang dihasilkan di setiap daerah, lakukan penyebaran secara terukur, kendalikan mafia.
“Kelola sistem resi gudang dengan baik. Kalau komunikasi ini dijalankan, semua persoalan akan teratasi dengan baik,” pungkas Sutrisno.(Tati)