Lebih Suka Gaya Kebarat-baratan, Budaya Adat Pengantin Cirebon Pantesan Punah
CIREBON- Di Kabupaten Cirebon masih banyak kebudayaan yang belum diketahui oleh kebanyakan masyarakat pada umumnya. Karena jarang terlihat, sejumlah kebudayaan milik Kabupaten Cirebon terancam mengalami kepunahan.
Seperti busana adat pengantin peninggalan Kerajaan Cirebon tempo dulu. Setidaknya dua jenis busana adat pengantin yang kini sudah jarang terlihat, yakni busana pengantin Mayung dan pengantin Bungko.
Bahkan dua busana adat pengantin tersebut sudah hampir punah. Pasalnya, kini masyarakat Kabupaten Cirebon lebih memilih busana pengantin yang modern atau lebih ke barat-baratan.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Disbudpar Kabupaten Cirebon, Hj. Kartikasari menyatakan, untuk mengembalikan kejayaan kearifan lokal yang hampir punah, pihaknya pada tahun ini akan menyelenggarakan festival busana pengantin khas Kabupaten Cirebon yang akan dipusatkan di Kecamatan Lemahabang.
“Setiap tahun kita selalu menggaungkan busana khas Kabupaten Cirebon, mulai dari seminar dengan menggandeng penata rias pengantin, hingga tahun ini kita akan adakan festival busana pengantin khas Kabupaten Cirebon di Kecamatan Lemahabang,” kata Kartika.
Menurut Kartika, tujuan festival busana pengantin khas Kabupaten Cirebon ini adalah untuk kembali mengenalkan busana pengantin khas Kabupaten Cirebon. Pasalnya, busana pengantin khas daerah ini sebenarnya bagus dan menarik.
“Pakaian adat-adat seperti pengantin Mayung dan Bungko itu sebetulnya bagus. Model pakaiannya itu tertutup, karena keislamannya itu sangat kental, serta masih mengandung unsur China dan Arab,” ungkapnya.
Dikatakan Ika sapaan akrabnya, sebagian masyarakat di Desa Mayung, Kecamatan Gunungjati dan Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan masih melestarikan busana khas Cirebon tersebut.
“Kalau di Mayung dan Bungko itu masih dipakai. Tapi untuk masyarakat Kabupaten Cirebon lainnya lebih banyak menggunakan busana modern,” sebut Ika.
Ia berharap, ke depan para pelaku usaha bidang rias dan dekorasi pengantin bisa menawarkan atau mengenalkannya lebih masif kepada masyarakat, agar pakaian adat Cirebon ini bisa dikenal dan terjaga kelestariannya.
“Bisa saja dikombinasi, karena Kabupaten Cirebon itu kan punya batik, nanti akan dikombinasikan dengan kain batik Cirebon, jadi nanti tidak monoton lagi seperti kerajaan,” harapnya.
Selain melestarikan kearifan lokal busana pengantin khas Kabupaten Cirebon, Kartika mengatakan, pihaknya kini tengah memperkenalkan kembali tradisi-tradisi lainnya, seperti tradisi-tradisi penyambutan pengantin khas Kabupaten Cirebon cucup tampah, kemudian kesenian yang disuguhkan kepada masyarakat juga harus diarahkan kepada kearifan lokal.
“Sekarang juga pada kegiatan-kegiatan yang ada di dinas kita semuanya kearifan lokal, tujuannya supaya dilestarikan, supaya dikembangkan lagi dan tidak punah,” ungkapnya.(Iwan)